16 Desember 2012

Air Mataku

Taraaa, Kali ini aku bawain cerpen lagi judulnya Air Mataku.  Hope you like it guys :)
------------------------------------------------------------

                                 ......Yang dicintakan pergi, yang disayangkan hilang.......
            Mungkin kalian pernah mendengar kalimat itu, jika mendengar atau membaca kalimat itu apa yang pertama kali kita fikirkan?? Mungkin fikiran kita sama, yaitu tentang ketidak abadian atau pun kematian. Jika seperti itu, siapakah orang yang paling kita takutkan?? Pernah tidak kita membayangkan?? Kita merenungkan?? Jika suatau hari mungkin sepulang sekolah, bekerja, atau bermain. Kita pulang kerumah, tiba-tiba disambut begitu bayang orang. Sejenak kita bertanya-tanya didalam benak kita. Ada apa ini?
Kenapa dirumah banyak orang?Dengan langkah yang ragu kita masuk, kita mengetuk pintu dan mengucap salam, kemudian kita memanggil Ayah/ibu aku pulang . Namun suara yang selalu kita dengar setiap hari,
bahkan suara itu pernah kita bantah, menjadi risih ditelinga kita, begitu cerewet kepada kita, tak kunjung menjawab. Kita kembali mengulangi panggilan kita Ayah/Ibu aku pulang, namun kembali lagi tak ada sautan, justru ada seseorang yang menghampiri kita dan mendekap kita dalam pelukannya. Perlahan kita merasakan bahu kita basah akan seseuatu, ketika orang itu mengangkat wajahnya ternya orang itu menangis.
Melihat itu fikiran kita kembali terusik, malah fikiran itu sekarang menjadi-jadi tidak karuan dan terkesan berfikiran negatif. “Kenapa menangis ??” Namun seseorang yang memeluk kita tak kunjung menjawab, seseorang itu kembali memeluk kita, dalam isaknya seseorang itu berbisik lirih. “Sabar ya nak..” Mendengar itu kita kembali bertanya-tanya kenapa aku harus sabar, memangnya apa yang tengah terjadi. Pelukan itu lepas, dan kita melangkah semakin dalam. Betapa kagetnya bahkan tanpa ribuan kata yang berucap, bibir menjadi beku, air mata berlinangan tanpa komando. Ya  seseorang yang selama ini cerewet kepada kita, seseorang yang selalu menayakan kabar kita dan selalu memperhatikan kita, bahkan terkadang kita bentak, kita marahi, kita gunjingkan, seseorang yang susah payah membesarkan kita. Telah terbujung kaku, dengan tatapan mata yang tertutu, dengan wajah yang memutih, bentangan kain menutupinya. Tiba-tiba terdengar bisikan.”Ayah/ibumu telah pergi nak...”. Apa yang akan kita lakukan, belum sempat kita minta maaf, belum sempat kita memeluknya, belum sempat kita membahagiakannya, waktu terlebih dahulu menutup lembaranya.

========= Ini Kisahku======

            Hujan...Hujan turun membasahi bumi pertiwi ini, ku rasakan angin semilir yang membuat raga ini menggigil. Ternyata hujan turun bersama angin yang dingin ini, ku tompangkan dagu ini dnegan kedua tanganku sembari menyaksikan rerintik hujan yang turun dari jendela kamarku yang sengaja aku buka. Harum yang sangat khas jika hujan turun yaitu bau tanah yang basah. Ku lihat dahan daun bunga mawarku, berulang kali tergoncang hebat akibat tertimpa rerintikan huja yang bulat-bulat seperti itu. Tik..Air hujan itu turun menimpa sebuah pecahan keramik yang mampu menimbukan suara dentingan. Sungguh suguhan yang Tuhan berikan dipagi ini sangatlah luar biasa dan begitu indah. Rasa aku ingin setiap pagi hujan seperti ini, meski kesekolah harus membawa payung, berjinjit-jinjit agar rok yang aku kenakan tidak basah dan kotor. Aku sangat menyukai hujan, bagiku hujan itu ibarat dentuman piano klasik yang bersuara begitu merdu dan damai didengarnya. Tak kusangka ternyata, hampir satu jam aku berdiam didepan jendela dan memendangi hujan diluar sana. Untung saja jam dindingku baru menunjukan pukul 07.00 wib, dan itu artinya aku tidak telat sarapan pagi bersama ayah. Aku langsung beranjak, tanpa menutup jendela kamarku. Aku memang sengaja membukanya, agar secara alami udara dikamarku bisa berganti. Ibu dulu jika membangunkanku tidur, pasti akan membuka jendelanya sembari berkatabiar anginnya berganti secara alami, jadinykan sehat.

            Aku keluar dari kamarku dan menuju ruangan makan, ku lihat ayah dan adikku tengah menungguku. Segera saja ku percepat langkah, agar mereka berdua tidak terlalu lama menungguku. Setelah aku sampai dan sudah duduk, ayah langsung mengulurkan kedua tanganya dan meminta piring yang ada didepanku. Ini adalah kebiasaan ayah jika kami makan bersama, ayah selalu mengambilkan nasi dan menaruhnya dipiring kami, setelah itu mengambilkan lauk pauk untuk kami. Ayah begitu baik dan perhatian, aku sayang banget sama ayahku. Kami tak banyak bicara ketika makan, mungkin ada orang yang berpendapat jika saat makan. Setelah selesai makan, ayah menyuruhku untuk merapikannya kemudian membawanya kedapur dan mencucinya, kata ayah anak perempuan itu tidak boleh malas, anak perempuan itu harus pandai bersdih-bersih. Tapi tidak setiap hari kok aku selalu mecuci piring atau yang lainnya, karena kadang ayah sendiri yang  melakukannya, namun seringnya pembantu kami yang melakukanknya, namun jika saat seperti ini alias pembantu lagi minta ijin untuk pulang, jadi harus dilakukan sendiri. Setelah semua bersih, ayah memanggilku dan menyuruhku untuk bergabung diruang tamu. Ku lihat ayah sepertinya tengah membawa sebuah buku yang isinya foto.
“Ayah itu foto-foto siapa ??” Tanyaku duduk didamping ayah, disebelah ayah ada adikku.
“Ini foto kamu Wi, sama adikmu..”Jawab ayah yang perlahan mulai membukanya.
            O iya sebelumnya perkenalkan namaku Dewi Ayunda, biasa dipanggil Dewi saat ini aku tengah duduk dibangku kelas 2 SMP. Sedangkan adikku bermana Qizi Praditya, umurnya baru menginjak 6 tahun, sebentar lagi adikku wisuda Tk hehee...
“Ayah ini Dewi ya..Ih ternyata Dewi waktu kecil gendut ya..”Ucapku menunjuk sebuah foto dihalaman pertama yang terlihat gendut. Aku bisa tau bahwa foto itu adlah foto diriku waktu kecil, pasalnya ada sebuah tahi lalat kecil didahinya, dan itu adalah tanda lahirku yang sampai sekarang masih ada.
“Iya sayang ini foto kamu waktu kecil..Dulu waktu kecil kamu emnag gendut, makanya banyak.”Jawab ayah sembari membuka halaman yang kedua, disana ku dapati foto seoarang ibu yang tak asing lagi bagiku.
“Ayah dia ibu denganku ya..”Ucapku lagi emnunjuk sebuah foto seorang ibu yang tengah menggendong seorang bayi gendut dengan tahi lalat didahinya.
“Iya sayang dia ibumu..ibu yang sembilan bulan telah mengandungmu, kamu tau sayang, dulu kita ibu mengandungkanmu. Ibu sudah keluar masuk rumah sakit 2 kali, yang oertama diawal kehamilan ibumu sakit, badanya lemah dan tubuhnya panas, sehingga harus dirawat dirumah sakit selama 3 hari. Sedangkan yang kedua kalinya ibumu masuk kerumah sakit, saat itu kandungan ibu 6 bulan, karena kecapean ibu mengalami pendarahan, jadi untuk mendapatkan pertolongan yang baik ibu dibawa kerumah sakit lagi dan menginap hingga 7 hari sampai kandungannya benar-benar kuat. Ibu sangat sayang kepadamu, sehingga ibu snagat mempertahankanmu.”Jelas ayah yang membuatku menangis, bagaimana tidak baru saja didamalm kandungan aku sudah menyusahkan ibu. Bukan hanya itu aku sangat terharu dengan pengorbanan ibu saat mengandungku, demi aku ibu harus mempertaruhkan nyawanya. Aku menangis bukan hanya itu, dimasa ibu hidup rasanya aku belum sempat membahagiankanya. Ayah yang melihatku menangis, kemudian mengahpus air mataku dan kemudian mendekapku.” Jangan nangis, sekarang kita lihat lagi halaman berikutnya ya.”Ucap ayah sembari melepas pelukannya.
“Iya yah..”Kataku, sembari kembali memfokuslkan pandangan ini dan menghapus air mataku sendiri.
“ Ini foto ibu kamu dan kamu, setelah melahirkanmu.”Ucap ayah lagi, ku lihat ada butiran bening yang terun dari mata ayah.
“Ayah menangis..”Tanyaku mengalihkan pandanganku keayah.
“Ayah sangat terharu denga perjuangan ibumu sayang.”Jawab ayah, menghapus air matanya, namun lagi-lagi air mata itu kembali turun.” Ayah yang menemani ibumu saat melahirkanmu, ayah menggenggam erat tanganya. Sembari terus menyemangati ibumu. Ayah lihat keringat bercucuran dikeningnya, apalagi 1 jam lebih kamu juga belum lahir juga, sehingga keringat ibu semakin bercucuran, nafasnya tersentak-sentak, bahkan ibumu berkata pada ayah bahwa dirinya sudah tidak kuat. Namun ayah terus menyemakinya, kamu tau sayang ibumu kesakitan saat mencoba melahirkanmu, air mata keluar deras menahan betapa sakitnya saat melahirkanmu. Ada banyak prosese yang harus ibumu lalui, proses itu tak mudah butuh perjuangan, rasa sakit dari setiap proses itu juga berbeda-beda. Namun ibumu sangatlah kuat, meski hatinya mulai tak percaya jika dirinya akn mampu melahirkanmu, memperjuanganku untuk hidup, namun kasihnya yang sangat luar biasa menajdi semanagat, kekuatan yang sangat luar biasa, ibumu sangat hebat nak.”Jelas ayah yang tak mampu membendung air matanya, aku kembali menangis, bahkan aku terisak. Betapa hebatnya seoarang ibu, betapa luhurnya seoarang ibu, betapa kuatnya seoarang ibu, betapa tegarnya seoarang ibu. Surga sungguh dibawah telapak kaki ibu, karna perjauangannya yang begitu besar, karena kasih dan sayangnya kita dapat dilahirkan, kita dapat melihat indahny kehidupan, kita dapat merasakan apa itu udara, kiata dapat merasakan dinginya hujan, kita dapat mendengar dentingan hujan, kita dapat mendengar nyanyian burung, kita dapat emnyentuh indahnya bunga wamar, semua tak lepas karena jasanya. Terkadang kita tak sadar akan hal itu, begitu pun aku, kadang aku membantah omongan ibu, terkadang aku menyuekan pesan-pesan ibu, terkadang aku menganggap pesan-pesannya semua perkataannya itu cerwet, tak berarti, terkadang aku memarahinya, terkadang aku kesal padanya, terkadang aku tak mau menjalankan perintahnya, diamana letak penghargaan kita kepada jasa seoarang ibu yang sangat luar biasa, yang tak akan mampu tergantikan dua gunung mas, atau lautan mutiara. Ku lirik kearah sebelah ayah, dan disitu ku lihat adikku yang baru menginjak umur 6 tahun tengah menangis juga.
“Ayah, kakak, ibu meninggal gara-gara aku ya??” Tanya adikku berlinangan air mata.
“Kok kamu bicara seperti itu sayang..?”Tanya ayah sembari mengusap rambutnya.
“Kan ibu meninggal setelah aku lahir yah..Ayah apa aku jahat??” Adikku mejawab masih dengan air matanya bahkan sekarang adikku segukan akibat tangisnya itu.          
“Syang ibu bukan meninggal karenamu, Tuhan sangat sayang pada ibu sehingga Tuhan memanggil ibu, disana Tuhan sudah menciptakan sebuah kebahagian. Jadi itu bukan karenamu, melainkan waktu ibu untuk hidup sudah habis. Kamu tidak jahat sayang, namun kamu akan menjadi anak yang jahat jika kamu menjadi anak yang tidak baik, nakal dan lainnya. Kalau kamu jadi anak yang baik, rajin, tidak nakal maka kamu tidak sombong. Ibu sangat sayang padamu, sehingga ibu rela memberikan hidupnya untuk kamu sayang.”Jelas ayah, mendengar penjelasan dari ayah Qizi hanya mengangguk lemah sembari terus menangis.
“Ayah aku sangat sayang ibu, aku juga ridnu padanya.”Ucapku
“Qizi juga sangat rindu ibu yah..”Sambung adikku juga.
“Bukan hanya kalian ayah juga sangat ridnu, ibu disana pasti rindu kita semua. Jika kita rindu ibu, maka doakanlah ibu agar disana bahagia, sampaikanlah rindu kita lewat doa kita, Tuhan pasti akan menyampaikannya.”Ayah sembari emdekap kami berdua, hingga saat ini kami tengah berpelukan, dibalik pelukan ini, adikku Qizi berucap lirih dan berdoa.
“Tuhan jaga ibu, jangan buat ibu menangis disana.’Doa Qizi, kami yang mendengarkannya mengamininya.
            Ibu meski ragamu telah terpendam, meski pelukanmu telah terkubur, meski suaramu telah tenggelam, meski senyumanmu telah menghilang, namun semua pengorbananmu akan selalu ku kenang. Ibu aku tau hari-hariku, tak mampu lagi disi dnegan canda, tawa, suara merdumu, dan aku tau semua kenangan indah bersamamu dulu tak akan pernah terukir kembali. Ibu selama hidupmu, aku belum ampu membahagiakanmu, justru aku sering menyakitimu, sering membantahkanmu, sering mengacuhkan pesan-pesanmu,sering tak menuruti perintahmu. Ibu tau?? Kini disetiap hariku, ku rindukan suara indah mu, aku rindu pertanyaanmu yang selalu menanyakanku, sudah makan belum?? Nanti pulang jam berapa? Sudah sholat sayang?? Ada pr tidak?? Sungguh semuaku ridnu ibu, maafkan aku belum sempat membahagiakanmu            hingga tiba waktu pengujung nafasmu, hingga tiba sebuah kain kafan putih membalut tubuhmu, hingga tiba rumah sempit yang tak mewah menjadi pesinggahanmu, hingga tiba butiran tanah yang mengubur tubuhmu. Maafkan aku ibu, atas semua kesalahanku. OH BUNDA ADA DAN TIADA KAUKAN SELALU ADA DIHATIKU.Inilah air mataku, air mata yang selalu keluar ketika mendengar betapa besar perjuanganya mengandungku, melahirkanku, merawatku membesarkanku, dan inilah air mataku yang menangis ketiak mengingat kepergiannya dan mengingat tentang kasih dan cintanya, dan mengingat kesalahanku padanya. Aku mencintaimu IBU.
            END                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              

Didalam doa ibu nama kita selalu tersebut,,

0 komentar:

Posting Komentar