Gemercik air hujan jatuh membasahi bumi, seiring dengan air mataku yang mengalir membasahi pipi. Dentingan suara petir yang menggelegarpun mampu melukiskan amarah dalam hatiku. Aku tenggelam dalam suasana malam minggu ini.
Berbeda dengan para pasangan muda-mudi ibu kota pada umumnya yang kebanyakkan menghabiskan malam minggu dengan kekasih dan pujaan hatinya, malam mingguku terasa sepi dan hampa.
Bukan karena aku tak punya pacar atau gebetan, tapi karena memang inilah nasib menjadi yang terbuang.
“Kapan kamu jujur tentang hubungan kita?” Aku berusaha tegar setiap kali meneleponnya dimalam minggu. Sakit dalam hatiku tak dapat lagi terbendung.
“Sabar yah Sayang, aku gak tega ngomong jujur sama Retha… Tapi aku janji, akan secepatnya jujur sama Retha.” Jawaban yang sama dari Rendy, lagi-lagi ku dengar lewat telepon.