18 Agustus 2013

10 Detik Terakhir (cerpen)




Tuhan.. jika aku bisa memilih ..
Aku ingin di masa depan bersama dengannya ...


Reka membanting pantatnya di sofa rumahnya yang mewah. Ia membersihkan noda darah di bibirnya.
"Sudah berapa kali papa bilang, berhenti membuat masalah!" teriak Papa dengan emosi sambil menunjuk-nunjuk Reka. Reka gak mengacuhkan omongan Papa, ia malah sibuk membuka dasinya.
"Kenapa kamu jadi anak bandel sich, coba kamu kayak Reki adik kamu pinter, rajin, nurut, gak pernah berantem." Papa terus berbicara tanpa sadar bahwa Reka dari tadi gak mendengarnya.

Selalu..selalu dan selalu Reki yang dibanggakan, selalu Reki yang jadi 'The Best' , sementara Reka ? Selalu jadi yang dihina , selalu jadi 'Si Trouble Maker'.

"Papa udah capek ngurusin kamu, selalu aja buat masalah, gak di sekolah , gak dirumah, kapan sih kamu berubah ? Sekarang terserah kamu mau gimana, papa udah nyerah." Papa mengusap peluh di pelipisnya yang mulai mengeriput.
Reka bangkit berdiri lalu menatap ﹑Papanya.

"Udah ngomongnya? Udah puas ngomelnya? Reka laper nich, mau makan." dengan santai Reka berlalu dari hadapan Papanya. Papa hanya menatap Reka dengan wajah menahan amarah.
========================
Reka memandang sekolah barunya dengan pandangan ogah-ogahan. Ini ke 5 kalinya dalam 3 bulan ini dia pindah sekolah. Ya, Reka si Trouble Maker, ada-ada aja yang dia lakuin untuk membuat dirinya dikeluarin. Terakhir yang dia lakuin di sekolah sebelumnya membakar ruang kelasnya gara-gara dia males kalau gurunya mengajar, untung gak ada korban jiwa, dan untungnya lagi dia gak di penjara.

"Kira-kira gue bertahan disini berapa lama ya? Sebulan ? 2 minggu? Atau seminggu ?" Reka terkekeh geli.

"Permisi, lo Reka Aditya pindahan dari SMA 96?" tanya seorang cewek. Reka memandang cewek berambut sepinggang yang sedang tersenyum ramah kepadanya itu. Reka mengangguk acuh.

"Kenalin gue Kezia, lo bisa panggil gue Zia, gue ketua osis di Sma ini, gue disuruh Kepsek buat ajak lo keliling sekolah buat lebih mengenal sekolah ini." Zia mengulurkan tangannya. Reka membiarkan tangan Zia mengambang di udara.

"Gue gak bakal lama di sini, jadi gak perlu mengenal sekolah ini." Tanpa melihat Zia , Reka pergi dari hadapan Zia.

Zia menarik kembali tangannya lalu memandang Reka sambil menggeleng-gelengkan kepala.
==========================
Sialnya bagi Zia, ternyata Reka sekelas dengan Zia. Malah dia duduk di belakang Zia. Saat jam istarahat Reka sedang sibuk mencoret-coret meja.

"Zia, gue mau ke kantin, lo mau nitip ?" tanya Putri, sahabat Zia.

"Air mineral sama piscok ya put," kata Zia sambil membuka tutup 'tupperware' bekalnya. Putri segera berlalu.
Reka yang sibuk 'menggambar bebas' mengalihkan perhatiannya.

"Udah SMA kok masih bawa bekal, emang anak TK ?" ledek Reka dalam hati. Lalu dia melanjutkan mencoret-coret meja menggunakan pena. Zia membalikkan badannya.

"Hei Reka, gimana? Betah gak disini ?" Zia tersenyum ramah. Sambil mengunyah bekalnya. Reka melirik Zia sebentar, lalu melanjutkan kembali 'kesibukkannya'. Zia gak pantang menyerah. Heran tuh cewek, udah dicuekin masih aja nekat.

"Lo gak kekantin ya? Tahu gak di kantin Sma ini yang paling enak tuh piscoknya kantin Bu Lela. Piscoknya tuh enaak banget dech, dijamin kalau udah nyoba bakal ketagihan !" cerocos Zia bak sales yang menawarkan produk kecantikan. Reka tetap gak perduli, Zia memandang Reka sambil memanyunkan bibirnya.

"Lo kok diem aja sich? Lagi sariawan ya? Kalau lo lagi sariawan gue punya Vitamin C," Zia mengambil sesuatu dari dalam kantongnya,"Ini..tinggal isep aja, agak asem sich, tapi ampuh nyembuhin sariawan." Zia tersenyum sambil meletakkan sebungkus Vit C yang berbentuk tablet di dekat Reka, lalu membalikan badannya & melanjutkan makannya. Reka melirik bungkus Vitamin C yang berwarna orange itu. Tanpa disadari, ia mengangkat sedikit ujung bibirnya.

"Kayaknya gue bakal lama dech disini," katanya dalam hati.

============================
Udah seminggu Reka di sekolah barunya. Ajaibnya, sampai sekarang dia gak pernah bikin ulah sedikit pun.

Dan Zia ? Menurut Reka Zia cewek yang hiperaktif, dia selalu ramah pada setiap orang. Reka sampai sekarang gak punya teman, sikapnya yang tertutup & cuek membuat orang enggan berteman dengannya kecuali Zia, setiap hari ada aja yang membuatnya mengganggu Reka. Seperti hari ini ..

"Reka, kok sariawan lo gak sembuh-sembuh sich? Gak lo minum ya Vit.C yang gue kasih ?" cecar Zia sambil memayunkan bibirnya. Reka menatap Zia sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Lo kok ga pernah ngomong sich? Cerocos Zia lagi.

"Berisik banget sich !" kata Reka. Zia hanya memandang Reka dengan tampang polos.

"Reka, kalau gue perhatiin ya muka lo tuh mirip banget ama JB di film DreamHigh2, cuma bedanya lo rambutnya gak pirang," Zia gak memperdulikan Reka yang melotot ke arahnya. Zia hanya tertawa melihat tampang Reka yang siap menelannya.

===============================
Reka memacu motornya dengan pelan, tiba-tiba ada motor lain yang mendekatinya, bukan cuma satu, tapi tiga. Pengendara motor itu mulai memepetnya, Reka segera menepikan motor Ninjanya itu. Dengan kasar ia membuka helmnya. Ketiga motor yang ternyata berisi dua orang di setiap motor itu memberhentikan motornya juga.

"Mau kalian semua apa ?" teriak Reka dengan kasar. Keenam orang itu membuka helm.

"Masih inget dengan kita ?" tanya salah satu pria berbadan penuh tato.

"Oh kalian? Belum kapok juga ya ?" Reka tersenyum sinis.

"Lo gak usah macem-macem." seru pria itu sambil melayangkan tinjunya, dengan cepat Reka menahan tangan pria itu. Teman-teman pria itu bergerak maju. Mereka memukuli Reka. Reka yang awalnya bisa menangkis serangan mereka mulai kewalahan. Akhirnya Reka tersudut & salah satu dari pria itu memegangi Reka.

"Hehe, lo sekarang gak bisa ngapa-ngapain lagi, gue akan bales atas perbuatan lo kemaren yang udah matahin hidung gue." Pria itu terkekeh hendak melayangkan bogem mentahnya. Tapi tiba-tiba ...

"Pak..itu orangnya," suara seorang cewek menghentikan perbuatan pria itu. Pria itu menoleh, Reka ikut menoleh ke sumber suara.

Terlihat Zia bersama 10 orang bapak-bapak, salah satunya berpakaian satpam.
"Kabur.." seru salah satu pria itu. Akhirnya ke 6 pria itu kabur menggunakan motor mereka. Zia berlari mendekati Reka yang wajahnya babak belur, tapi saat mendekati Reka kaki Zia tersandung & ia terjatuh.

"Aww," teriak Zia sambil memegangi lututnya.

"Zia..lo gak apa-apa ?" tanya Reka sambil melihat lutut Zia. Lutut Zia lecet & berdarah. Zia segera menutupi lukanya dengan tangan.
"Zii.." Reka hendak menyentuh Zia. Tapi Zia menghindar.
"Mendingan lo kerumah sakit deh." kata Zia. "Pak, tolong anterin temen saya ke rumah sakit ya." lanjutnya lagi ke arah supirnya.

"Tapii non Zia gimana ?" tanya sang supir.

"Aku gak apa-apa Pak, aku bisa pulang naik taksi." kata Zia sambil menguarkan tisu lalu menutupi lukanya dengan rapat. Sopir itu hanya mengangguk & memapah Reka.

==============================
"Hei, Reka gimana lo udah sembuh ?" suara berisik Zia memulai aktivitas Reka pagi ini.
"Seperti yang lo liat." Reka memandangi lutut Zia,"Luka lecet aja kok di perban segitu tebelnya ?" tanya Reka. Zia hanya cengengesan.
"Ngomong-ngomong darimana lo tau gue dikeroyok preman ?" tanya Reka. Zia tersenyum simpul.

"Pas gue lewat, gue ngeliat lo dikerumuni preman-preman itu, jadi gue berinisiatif manggil orang-orang." ujar Zia. Reka hanya mengangguk-angguk.

"Lo pergi naek motor ya ?" Zia melirik helm yang dipegang Reka. Reka hanya mengangguk datar.

"Gue pulang bareng lo ya..ya..ya.." seru Zia.

Reka melototi Zia.

"Gak..gak mau, gue gak pernah bonceng cewek." tolak Reka.

"Yaa..lo kan udah gue bantuin kemarin, kalau bukan karna gue lo udah patah tulang.. Ya..ya.." desak Zia sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

Reka menghela nafas,"Oke, tapi kali ini aja ya, dan jangan maksa gue lagi.

"Aayyee." seru Zia. Reka hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Zia.

===============================
"Bisa gak lo gak meluk gue kenceng-kenceng, sesak nafas tau." teriak Reka saat mereka mulai meninggalkan sekolah. Zia hanya nyengir, lalu melonggarkan pelukannya.

"Abisnya motor lo joknya tinggi banget, gue kan takut jatuh," elak Zia.

"Alesan, lo pengen meluk gue kan?" tuduh Reka.

"Enak aja, Reka kita jalan-jalan yuk, gue udah lama banget gak jalan-jalan." kata Zia.

"Gak mau, lagian lo kan udah janji gak akan maksa-maksa gue lagi." kata Reka.

"Ayolah, kali ini aja, pleeaaaseee," desak Zia.

"Gak mau." Reka menggeleng.

"Yaudah gue bakal loncat dari motor." ancam Zia.

"Loncat aja." Reka berfikir Zia gak akan berani. Tapi tiba-tiba Zia berangkat & mengangkat sebelah kakinya hendak melompat.

"Heeei, oke gue turutin kemauan lo, anggep aja ini ucapan terima kasih gue ke lo !" kata Reka akhirnya. Zia tersenyum & kembali duduk. Reka menahan nafas,pusing menghadapi kelakuan Zia.

===============================
Reka menuruti kemauan Zia jalan-jalan di Mall.

"Rekaa, gue mau nonton." kata Zia ketika mereka melewati bioskop.

"Nontonnya besok-besok aja, gue lagi males." Reka menunjukkan wajah yang pasrah.

"Gue bayarin dech," Zia menarik tangan Reka menuju antrian karcis. Reka hanya bisa pasrah.
==============================

Selesai menonton hari menunjukkan pukul 7 malam.
"Kita pulang ya ?" bujuk Reka yang mulai kelihatan lelah.

"Bentar lagi ya, gue mau liat-liat Pet Shop." kata Zia sambil tersenyum tanpa dosa. Reka menghembus nafasnya untuk kesekian kali.
Mereka memasuki Pet Shop yang suasananya agak sepi.

"Kyaa.. Lucu banget," seru Zia saat melihat ke dalam kandang kucing Persia berwarna putih. Zia membuka kandang lalu mengambil kucing itu. Ia menggendong kucing itu kedalam pelukannya. Zia menggerakkan kaki kucing itu ke pipi Reka. Reka menjauhkan wajahnya.

"Dari dulu gue pengen banget pelihara kucing, tapi dilarang bokap, gue kan kesepian butuh temen." cerita Zia.

"Emang lo gak punya saudara ?" tanya Reka.

Zia menggeleng, "Kakak gue udah meninggal 2 tahun yang lalu." raut wajah Zia terlihat sedih.

"Maaf Zi, gue gak bermaksud." Reka jadi gak enak hati.

"Gak apa-apa kok," Zia tersenyum."Dari dulu temen gue cuma kakak, dia yang selalu ada buat gue, tapi semenjak dia pergi gue sangat kesepian."

"Zi, kalau lo mau, mulai sekarang gue bakal jadi temen lo." kata Reka tulus.

"Beneran? Lo gak keberatan ? Seru Via. Reka mengangguk yakin.

"Beneran, gue akan selalu nemenin lo, biar lo gak kesepian lagi." kata Reka. Dia gak tau kenapa ia bisa ngomong kayak gitu. Zia tersenyum.
"Makasih ya, oke sekarang kita pulang." kata Zia sambil memasukan kembali kucing itu ke kandangnya.

"Kita makan bakso dibawah dulu ya gue laper." kali ini Reka yang nyengir memperlihatkan lesung pipit yang ada di ujung bibirnya. Zia hanya tersenyum sambil mengangguk.

===============================
Gak kerasa udah 3 bulan Reka dekat dengan Zia, dalam 3 bulan ini juga rekor Reka bertahan di sekolah tanpa di droup out, nilai-nilai Reka berubah drastis dari yang memprihantinkan menjadi memuaskan. Reka juga udah gak pernah lagi berantem, bolos, tidur saat jam pelajaran. Imej si TroubleMaker perlahan hilang dalam diri Reka, sekarang papa Reka udah gak pernah lagi ngusap-ngusap dada, mama Reka juga gak pernah lagi sibuk ngambil obat darah tinggi untuk papa. Reka bener-bener udah berubah & semua itu karna Zia.
Ya.. Zia yang merubah Reka. Saat Reka menceritakan semua permasalahannya & apa yang membuat Reka jadi brandalan, Zia yang memotivasi Reka untuk melampiaskan kekesalan Reka dengan belajar & melakukan hal yang lebih baik.

Saat berada di dekat Zia, Reka merasa nyaman. Sifat Zia yang periang & ceria membuat hidup Reka indah. Perlahan tapi pasti Reka merasakan adanya perasaan lain tumbuh dalam dirinya. Perasaan berbeda, yang jelas perasaan ini bukan perasaan seorang teman. Setiap pandangan Reka & Zia bertemu, Reka selalu merasakan adanya getaran dalam dirinya. Getaran yang halus. Reka juga selalu memikirkan Zia. Tapi, Reka gak tau apakah perasaan ini ? Apakah Reka sedang jatuh cinta? Apa ini rasanya cinta? Sebelumnya Reka gak pernah merasakan jatuh cinta. Ya, selama ini sampai ia kelas 2 SMA, Reka gak pernah pacaran. Hari-harinya hanya diisinya dengan kekacauan, jadi ia gak ada waktu untuk pacaran. Ini pertama kalinya ia merasakaan perasaan yang kata orang-orang berjuta rasanya. Ini cinta pertamanya. Jadi? Apa yang harus Reka lakukan. Ya, Reka harus mengungkapkannya.
Saat ini Reka & Zia berada di taman depan rumah Zia. Mereka duduk dibangku taman sambil menikmati indahnya malam.

"Ini buat lo." kata Reka sambil memberikan sesuatu yang ternyata boneka kucing yang super besar kepada Zia. Dileher boneka itu terdapat kalung lonceng yang imut.

"Waah, lucu banget." Zia memeluk boneka yang gedenya hampir sama dengan dia.

"Kamu kan gak boleh pelihara kucing, tapi kalau bonekanya gak masalahkan ?" kata Reka. Zia mengangguk sambil tersenyum dia memainkan boneka itu.

"Zi.. Boleh gue ngomong sesuatu ?" Reka memainkan jari-jari tangannya.

"Hmm.." Zia menoleh menghadap Reka. Sejenak Reka memandangi mata Zia yang bening.

"Jujur, gue paling gak bisa nyusun kata-kata yang indah, gue juga bukan cowok yang romantis, gue suka lo." kata Reka dengan cepat.

"Lo..lo suka gue ?" Zia tertawa,"Sekarang bukan AprilMop Reka, gak usah bercanda dech."
Reka menarik tangan Zia ke dalam gemgamnannya, Zia terkejut.

"Gue serius & gue gak main-main." tatapan mata Reka menunjukkan ketegasan. Seketika senyum Zia lenyap.

"Gak, lo gak boleh suka sama gue !" seru Zia tiba-tiba sambil menarik tangannya. Reka terkejut dengan ucapan Zia.

"Kenapa Zi ? Gue cinta sama lo, gue pengen memiliki lo." Kata Reka sambil terus menatap Zia. Zia mengalihkan tatapannya.

"Gue gak suka sama lo & gue gak pengen miliki lo !"suara Zia bergetar, lalu ia berlari menuju rumahnya.

"Zia, gue akan terus cinta sama lo, gue pengen hidup selamanya dengan lo !" teriak Reka. Zia berhenti. Lalu berbalik.

"Kita gak punya masa depan Ka," seru Zia sambil terisak.

"Zia .." Reka menghela nafas. Dia bingung apa yang terjadi dengan Zia. Kenapa dia sampai semarah itu ?
===============================

Reka memandangi kursi kosong di depannya, udah 2 minggu Zia gak masuk. Dia kemana ? Apa dia sakit ? Atau mungkin menghindari Reka?

Reka berkali-kali menghubungi & kerumah Zia, tapi hasilnya nihil, gak ada kabar apa-apa dari Zia, rumahnya kosong. Zia juga mengundurkan diri sebagai Ketua Osis. Reka benar-benar bingung. Hari ini kembali ia kerumah Zia. Pagar rumah Zia tertutup rapat. Reka memandangi gembok dipagar rumah Zia dengan wajah sedih.

Saat ia berbalik & memutuskan untuk pulang, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya. Seorang bapak-bapak keluar dari mobil itu.

"Kamu Reka ? Saya ayahnya Zia." kata laki-laki itu.

"Om beneran Ayahnya Zia ? Zia kemana om ?" tanya Reka dengan nada antusias. Ayah Zia memandangi Reka. Dia menahan nafas sejenak.

"Mari masuk, ada yang ingin om ceritakan." katanya sambil membuka gembok pagar. Reka mengikuti Ayah Zia.

Reka memasuki rumah Zia yang besar. Baru kali ini ia masuk ke dalam rumah Zia, biasanya ia & Zia hanya duduk di taman. Reka memperhatikan foto-foto yang dipajang. Terlihat foto Zia dengan seorang cowok, mungkin itu kakaknya yang meninggal itu. Reka terkejut melihat wajah cowok itu. Wajah kakak Zia hampir mirip dengan wajah Reka.

"Itu Sony, kakak Zia yang meninggal 2 tahun yang lalu." terdengar suara Ayah Zia.

"Wajahnya hampir mirip dengan saya om." ujar Reka sambil menunjuk foto Sony.
Ayah Zia tersenyum,"Iya, Zia udah pernah cerita dia punya temen yang mirip sama Sony,"

"Kalau boleh tau om, apa yang menyebabkan Sony meninggal ?" tanya Reka. Seketika raut wajah Ayah Zia berubah.

"Sony mempunyai penyakit yang sama diderita Zia." ujar Ayah Zia.

"Penyakit? Zia sakit om ?" tanya Reka terkejut. Ayah Zia menghela nafas.

"Semua ini karena kesalahan Sari Ibu Zia & Sony, gara-gara ia, Sony & Zia menderita." kata Ayah Zia dengan tatapan menerawang. Reka semakin bingung.

"Maksud om ?"

"Zia..terkena HIV.." ujar Ayah Zia. Seketika Reka merasa disambar petir. Dia benar-benar gak percaya. Dia berharap tadi ia salah dengar.

"Gak mungkin om, om bohong kan ?" seru Reka.

"Sari yang menularkan virus ini kepada Sony & Zia. Dulu, Sari berselingkuh, setelah om tau dia selingkuh om menceraikan dia. Beberapa bulan setelah kami bercerai Sari kecelakaan & meninggal. Dari situ kami mengetahui dia terinfeksi virus HIV. Saat kami tau itu, kami semua memeriksakan diri. Dan ternyata, hasil pemeriksaan membuat hati om hancur. Om memang tidak terinfeksi virus memalukan itu. Tapi, Sony & Zia positif terjangkit virus itu. Mulai saat itu om melarang mereka bergabung dengan dunia luar. Mereka pun mengikuti Home Schooling. Mereka selalu bersama. Sampai Sony meninggal 2 tahun yang lalu. Zia menjadi kesepian. Om yang kasihan dengan ia, mulai membiarkan dia bebas berteman dengan siapa saja, asal dia bisa menjaga diri. Om memasukkan dia ke sekolah umum. Ya, dia memanfaatkan kesempatan itu. Dia mengikuti semua kegiatan di sekolah. Dia selalu terlihat ceria meski virus berbahaya itu ada didalam tubuhnya. Zia pernah bilang, bahwa dia gak akan menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan kepadanya." papa Zia menahan nafas sejenak.

"T..terus om ?" kata Reka lirih.
"Saat kamu datang Reka, dia sangat senang bertemu dengan seseorang yang mirip dengan Sony. Zia berfikir kamu adalah kiriman Tuhan sebagai pengganti Sony. Tapi, perasaan Zia ke kamu berbeda. Zia bukan merasakan rasa sayang seorang kakak seperti Sony, tapi dia jatuh cinta kepada kamu Reka." kata papa Zia. Reka menatap papa Zia dengan pandangan gak percaya.

"Sekarang Zia ada di rumah sakit. Virus itu sudah semakin menyerang tubuhnya sejak kamu menyatakan cinta kepadanya Zia banyak melamun & menghabiskan waktu untuk menangis, dia yang rajin minum obat antiretroviral jadi gak mau minum obat, padahal obat itu menghambat penyebaran virusnya." ujar Papa Zia. Reka hanya bisa terdiam mendengar kenyataan yang diceritakan papa Zia.

======================
Reka memasuki sebuah kamar di dalam sebuah Rumah Sakit. Ia memakai baju, masker & penutup kepala yang sudah disterilkan. Di tempat tidur kamar itu terbaring seorang gadis yang sangat pucat. Ya itu Zia. Reka mendekati Zia yang sedang tertidur. Reka benar-benar gak percaya yang dilihatnya sekarang Zia. Badan Via terlihat kurus, tapi itu gak menyusutkan kecantikan Zia. Zia tetap terlihat cantik dimata Reka. Perlahan Reka membelai rambut Zia. Zia terbangun. Melihat Reka ia tersenyum.
“Lo udah tau kan semuanya ?” kata Zia lirih. Reka terdiam & mulai terisak. Ia gak mampu menahan airmatanya. Walaupun dia seorang cowok, melihat seseorang yang amat dicintainya menderita ia gak mampu melawan airmatanya untuk tidak menangis.
“Jangan nangis, cowok itu pantang ngeluarin air mata.” Ujar Zia sambil terus tersenyum.

“A..air mata b..bukan hanya milik cewek kan ?” kata Reka sambil terus terisak. Air matanya gak berhenti keluar. Wajahnya memerah. Kenapa Tuhan memberikan cobaan begitu berat kepada Zia ? Reka menangis sekencang kencangnya.

“Reka..jangan nangis.. please..” pinta Zia. Tapi Reka tetap gak menghentikan tangisnya.
“Gue minta jangan nangis Rek, 10 detik aja. Demi gue.” Ujar Zia lirih. Reka menatap Zia.
“10 detik aja Rek, ada yang mau gue omongin, kalo lo nangis ntar gak kedengeran.” Zia memegang tangan Reka. Reka menggigit bibirnya, perlahan tangisnya berhenti. Zia tersenyum, menatap Reka.

Zia menarik nafas perlahan ..

“Lo adalah ..”
Zia terdiam menatap dalam mata Reka.
7 detik berlalu ..
“Adalah..”

Reka menatap Zia menunggu kata kata Zia. Zia menahan nafasnya.
Tik..tikk..tik bunyi detak jarum jam.
5 detik berlalu ..
“Cowok..”
4 detik berlalu ..
3 detik ..
“Terakhir..”
2 detikk ..
1 detik ..
“Di hidup gue ..” seru Zia akhirnya. Reka gak percaya dengan apa yang didengarnya, ia memeluk Zia sambil kembali menangis.

“Kenapa takdir kita harus begini Zi.” Katanya lirih. Perlahan Reka mengangkat kepalanya. Terllihat mata Zia tertutup.
“Zia … Ziaa ,,” Reka mengguncangkan bahu Zia. Namun Zia gak bergeming sedikit pun.
Sekarang baru Reka sadari, Zia udah meninggalkan ia selama lamanya
====================
Langit tanpa gelap, terlihat seorang cowok duduk di kursi taman. Cowok itu Reka, ia baru saja dari pemakaman Zia. Ya hari ini ia mengantarkan seseorang yang dicintainya ke tempat peristirahatan terakhirnya. Ia harus melihat cinta pertamanya meninggalkan semua kenangan. Reka memandang surat ditangannya. Ya itu surat yang ditulis Zia sebelum meninggal, perlahan Reka membaca isi surat itu.

      Dear Reka … 
Gue bohong kalau gue gak suka lo ..
Gue bohong kalau gue gak mau miliki lo …
Gue sangat mencintai lo ..
Lo bagaikan malaikat pengganti Kak Sony dalam hidup gue.
Harapan gue, menjalani masa depan bersama lo …
Maafin gue kalau gue nyakitin lo.
Walaupun kebersamaan kita begitu singkat, gue akan terus mengingatnya di memori gue.
Reka… maafin kalau gue harus pergi, ini bukan keinginan gue.
Kalau gue bisa milih, gue gak mau virus ini bersarang di tubuh gue,
Kalau gue bisa memilih, gue pengen seperti remaja yang lain, hidup normal tanpa beban.
Andai tuhan mengizinkan gue memilih.
Sekarang, harapan terakhir gue adalah lo bisa bahagia dengan hidup lebih panjang yang udah Tuhan berikan kepada lo.
Lo harus bisa menghargai setiap detik, menit, jam yang udah Tuhan berikan..
Reka , gue tau gue pasti bukan yang terakhir untuk lo, tapi lo adalah cowok terakhir di hidup gue.
Reka .. kalo lo kangen sama gue pejamkan mata lo & rasakan kehadiran gue dalam nyanyian angin.
Selamat tinggal Reka, semoga di kehidupan selanjutnya kita bisa bertemu kembali & gue berharap takdir baik berpihak kepada kita..

Seseorang yang mencintaimu..

Reka meneteskan air matanya. Dadanya terasa sesak membaca surat dari Zia. Ya Tuhan … kenapa gadis sebaik Zia harus menderita ?
Reka memandang boneka kucing pemberiaanya dulu. Ia meraih boneka itu kepelukannya.
Reka menutup matanya. Mencoba merasakan nyanyian angin. Bulir bulir air mata membasahi pipi Reka. Perlahan desiran angin menerpa rambut Reka. Reka membiarkan angin itu menerpa wajahnya. Ia membuka matanya. Reka dapat merasakan kehadiran Zia. Reka seakan melihat Zia duduk bersandar di bahunya sambil tersenyum.

“Yang gue tau.. kematian gak akan mengakhiri cinta ….